Bersembunyi dibalik Jas Hujan
Selama Ayah dan Ibu bekerja, aku bermain dan belajar bersama Uti.
Suatu hari ketika Ayah menjemputku dan Ibu, kami tergesa-gesa berkemas untuk segera pulang. Mendung, ayo cepat, kata Ayah.
Aku tidak tahu apa itu mendung. Tapi, Ibu menggendongku erat, lengkap dengan jaket, topi dan kaos kaki untukku.
Ditengah perjalanan, aku mendengar Ayah bilang kita harus menepi karena hujan. Ayah menyuruh Ibu memakai jas hujan.
Ibu memakai pakaian yang besar, bahkan aku muat didalam baju itu. Ibu bilang, hujan, jadi harus sembunyi dulu pakai jas hujan, sabar ya. Aku hanya diam menatap Ibu, aku merasa hangat.
Di perjalanan, Ibu cerita, ini namanya hujan, ada air jatuh dari langit. Aku merasakan percikan air yang kadang mengenai pipiku. Ibu bernyanyi lagu tentang hujan untuk membuatku tetap merasa aman dan nyaman.
Ibu juga memintaku untuk berdoa. Katanya, hujan ciptaan Tuhan.
🌿 🌿 🌿 🌿 🌿
Tik tik bunyi hujan diatas genting
Airnya turun tidak terkira
Cobalah tengok, dahan dan ranting
Pohon dan kebun basah semua
“Ya Allah… Turunkan hujan yang bermanfaat”
View this post on Instagram
***
Hari kedua bertema ‘Hujan’ dan saya masih menggunakan sudut pandang Marwa. Marwa belum sepenuhnya paham apa dan bagaimana hujan. Karena selama musim hujan kemarin, dia belum setahun. Meskipun sering diajak komunikasi, tapi dia belum sepenuhnya mikir ‘Oo.. ini hujan’, kami masih terus saling belajar.
Karena menggunakan sudut pandang Marwa ini, saya jadi semakin gambling sama diri sendiri. Ini saya benar nggak sih ikutan challenge Bunda Berkisah? Karena saya kayak nggak berkisah, justru Marwa yang berkisah. Hahaha.
Tapi setelah saya pikir ulang, saya ikut challenge ini untuk membiasakan menulis dulu, selama 15 hari berturut-turut. Jika saya berhasil tanpa bolong, wow, pencapaian tersendiri. Meskipun begitu, saya tetap pengen belajar berkisah. Semoga untuk tema besok bisa berkisah dari sudut pandang saya ya…
#Day2
#BundaBerkisah
#PejuangLiterasi
2 Comments
Dibikinin film boleh?
Hahaha, apanya yg difilmkan bos?